Lebih Dari Sekedar Perasaan -Omoide Ijou-
Melihatnya berlari membuatku berdebar. Mengejarnya
dengan tatapanku, lock on.
Waktu olahraga itu adalah harta. Di kursi belakang, secara diam-diam melihat
luar. Pura-pura mengecek sesuatu padahal maksudnya berbeda, hanya ingin
memperhatikannya. Cahaya mentari itu selalu
membuatnya terlihat sempurna.
Mitsuo-senpai[1],
tidak terlalu menonjol diantara senior-senior yang lainnya. Bahkan, dikenal
oleh teman-teman seangkatannya saja tidak. Seorang yang pendiam yang selalu
menyembunyikan kemampuannya? Mungkin seperti itu. Tapi mengapa diriku bisa
mengetahui keberadaanya? Dan mulai memperhatikannya? Just secret.
“Tik.. Tak.. Tik.. Tak…” suara
bolpoin yang kuketuk-ketukan di meja pertanda kebosanan dalam diriku sudah mencapai
titik puncak saat harus mengikuti pelajaran Kimia yang pengajarnya adalah
Akimoto-san. Seperti biasanya,
membuang pandanganku ke luar jendela adalah candu. Melihat Mitsuo-senpai melakukan pemanasan lalu mulai
berlari menggiring bola, dan tidak sengaja menyadari pandanganku dengan wajah
berkeringatnya itu, ingin kuhapus dengan jari di dalam anganku. Hanya dapat
berkhayal.
“Matsui Jurina!” lemparan kapur
Akimoto-san saat itu juga mendarat di
lengan kananku. “Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum Ohm!” Akimoto-san menyadari diriku yang tidak fokus
pada pelajaran, tetapi fokus kepada senpai
di sudut lapangan bola. Untuk pertama kalinya Akimoto-san menyadari itu semua.
“Hukum yang menjelaskan… nganu.. nganu… Hmm.. apa ya?” dengan
gugup, diriku tidak bisa berkata sepatah kata pun untuk menjelaskan.
“Sudah
merasa cerdas, lalu tidak memperhatikan saya? Dari tadi apa yang kamu
perhatikan?” interogasi Akimoto-san.
“Biasa! Jurina setiap kali bosan
pasti memperhatikan Mitsuo-senpai
yang sedang berolahraga, Akimoto-san!”
celetuk Natsumi yang entah darimana dia tahu apa yang aku lakukan setiap
pelajaran Kimia.
“Iya, Jurina selalu tidak pernah
lepas pandangannya dari Mitsuo-senpai!”
Tambah Tadao yang merasa puas saat Akimoto-san
memarahiku.
“Dia selalu begitu, san!”
“Beri saja dia tugas membuat
karangan 500.000 kata dalam Bahasa Inggris biar dia kapok, san!”
“Diam semua! Oh, jadi muridku yang
satu ini sedang jatuh cinta? Sekolah ya sekolah, jatuh cinta itu cuman buat
selingan saja, jangan sampai gara-gara jatuh cinta sekolahmu jadi …” Teeeetttt…
Bel pulang sekolah memutuskan pembicaraan Akimoto-san. Akimoto-san tidak
melanjutkan kata-katanya, malah langsung pergi keluar dengan terburu-buru
seperti biasa, dengan membawa penggaris tua di tangan kanannya.
Teman-teman sekelas hanya bisa diam
terheran-heran. Jarang sekali bahkan tidak pernah Akimoto-san
tidak memarahi muridnya yang melakukan kesalahan pada waktu jam pelajarannya.
Tetapi Jurina? Mengapa dia tidak dimarahi Akimoto-san? Bukannya Jurina bukan murid kesayangan Akimoto-san karena nilai kimianya tidak pernah
lebih dari B+? Terus mengapa? Tanda tanya besar menari-nari dalam pikiran
murid-murid kelas IX, tak terkecuali aku.
***
Tidak terasa tinggal 6 bulan lagi
bunga sakura akan kembali bersemi, pertanda musim kelulusan akan tiba dan tidak
terasa sudah 4 bulan yang lalu sejak Akimoto-san melempariku dengan kapur, Mitsuo-senpai semakin jarang kulihat. Yang biasanya dia menjadi pemain
tengah saat sepak bola, sekarang dia memilih menjadi pemain cadangan seakan dia
tidak ingin terlihat. Bahkan, dia tidak pernah sekalipun melewati kelasku
walaupun hanya untuk ke toilet, dia lebih memilih untuk berputar lebih jauh
untuk sampai ke toilet tersebut. Sampai suatu hari, saat aku duduk di kursi
biasanya, di dekat jendela, dia rela menunggu lama di suatu sudut sekolah agar
aku beranjak dari tempat itu baru dia mau memasuki kelas yang berada di samping
kelasku. Dia menghindariku.
Apa
yang sebenarnya terjadi?
Saat
pertanyaan itu terlintas di pikiranku, tiba-tiba Kenji datang,”Jurina! Mitsuo-senpai itu sudah tahu bahwa kamu
mempunyai sesuatu rasa kepada dia.”
“Hah?
Kok dia bisa tahu? Kamu juga bisa
tahu kalau Mitsuo-senpai mengerti
perasaanku dari mana?” kataku.
“Ya kamu itu bodoh! Kamu apa tidak
mengerti bahwa Akimoto-san itu ayah
dari Mitsuo-senpai? Ya jelas, setelah
kejadian itu pasti Akimoto-san
menceritakan apa yang terjadi kepada Mitsuo-senpai dan kamu tidak tahu kan jika
Mitsuo-senpai tidak diperbolehkan
berpacaran sampai dia masuk ke perguruan tinggi? Jadi, dia semakin menghindari
kamu, bayangkan takutnya dia jika nanti kamu dan dia digosipkan berpacaran,
pasti ayahnya akan marah besar!”
“Tapi aku juga tidak ingin
berpacaran, memangnya dia mempunyai rasa yang sama sepertiku?”
“Ya jelas, TIDAK! Kalau dia suka
sama kamu, pasti dia akan mencoba mencari tahu tentang dirimu secara diam-diam
dan tidak akan menghindari kamu!” Kenji meninggalkanku.
Kaki ini dengan cepat membawaku ke
bagian atas sekolah, bagian yang biasa murid gunakan untuk menikmati indahnya
matahari tenggelam. Tapi, saat itu yang kulihat adalah awan pucat seperti akan
menangis.
“Aku bodoh! Apakah gadis seperti
diriku ini tidak boleh merasakan apa itu cinta? Rasa yang lebih dari suatu
perasaan spesial? Jika iya? Mengapa aku tidak boleh mengagumi Mitsuo-senpai? Hanya sekedar mengagumi tanpa
harap mendapatkan balasan, kataomoi[2]
pun tak apa.”
Air mata perasaan tak terbalas ini
mengalir begitu deras. Saat itu sang awan pun juga ikut menangis. Seragam yang
basah tak diriku hiraukan, hanya rasa bersalah dicampur rasa sedih dan jengkel
menghabisi seluruh semangatku hari itu. Rasa ini tak mungkin lagi kulanjutkan
kepada Mitsuo-senpai. Aku akan
menghilang tuk selamanya dari pandangan Mitsuo-senpai dengan membawa rasa yang tak pernah akan ada lagi untuknya
jika dia berubah suatu saat nanti. Musim semi dengan sakura tahun depan itu,
upacara kelulusan itu, promnite itu,
akan kujalani tanpa memandang dan berharap lagi kepada Mitsuo. Maafkan aku, Gomenasai[3]. Sayonara[4]
[1]
Senpai
adalah sebutan untuk orang yang
lebih tinggi derajatnya daripada kita biasanya sering disebut di sekolah, kalau
senpai adalah sebutan untuk seorang kakak kelas dan kalau dalam pekerjaan bisa
dikatakan sebagai senior.
[2]
Kataomoi adalah cinta tak terbalas dalam Bahasa Jepang.
[3]
Gomenasai artinya maaf.
[4]
Sayonara artinya selamat tinggal.
0 komentar: