Kinou Yori Motto Suki (Aku Lebih Menyukaimu Hari Ini Dibanding Kemarin)

“Terlalu banyak hempasan bunga sakura di sini,” gumamku dalam hati. Bagaikan diiringi dalam kesendirian dan tak tersadar di pojokan kota. Suasana yang seperti biasa, hentakan kaki dan riuh-ramai ocehan para siswa membuatnya semakin padu. Layaknya opera, akulah penontonnya. Bagai karya seni, akulah penikmatnya.
“Tontonan
apa ya yang menarik hari ini? Siapa pemeran utamanya?” Aku berkata dalam hati
dan berbicara kepada diri sendiri. Ya, diri sendiri, aku sudah lama menyukai
hobi ini, duduk sendiri melihat kesibukan siswa siswi Jijo High School ini.
Mungkin kalian tidak mengerti apa hobiku ini. Ya, kalian bias menyebutnya
Paparazzi. Sebenarnya bukan paparazzi sih, tetapi semacam kebiasaan menyendiri
sambil menganggap bahwa apa yang kita lihat adalah sebuah opera dan kita selalu
mencari siapa pemeran utamanya. Aneh, bukan?
Belakangan
ini tidak ada yang menarik dari opera harianku. Hanya ada keributan lalu
melibatkan kepala sekolah, lalu Team Akonee (Genk kecil-kecilan yang tidak
terlalu popular di sekolahku) dan gossip-gosipnya, teriakan para siswi karena
menonton film horror terbaru. Itu semua seperti kari tanpa kaldu, hambar. Aku
juga mencoba menuliskan opera harianku tersebut dalam sebuah karangan tetapi
anehnya tidak lancar seperti biasanya. Aku ingin sesekali mencoba mengamati
murid-murid tak populer di sekolahku, siapa tahu ada sesuatu yang tidak biasa
dibalik dirinya yang kelihatannya biasa-biasa saja.
Aku
melangkahkan kaki ke koridor sambil mencari target untuk misiku itu. Mata ini
tak letih-letihnya melirik kanan dan kiri mencari sesuatu yang tidak biasa dari
orang yang biasa-biasa. Entah tingkah
lakunya, pakaiannya, dsb. Tetapi, biasanya aku mengukur orang tersebut ‘tidak
biasa’ dari tingkahnya saat itu.
First
target, Derune? Sepertinya bukan. Gadis bertubuh gempal yang memakai kacamata
tebal dan selalu membawa buku tentang ilmu sihir anehnya itu, lalu pulang
sekolah dengan membawa sepeda tua yang katanya peninggalan orang tuanya sambil
memakan chicken wing itu? Terlalu biasa di antara yang biasa-biasa. Tidak cocok
menjadi target operaku untuk misi ini.
Second
target, Fureedirio? Siswa baru pindahan dari
Indonesia yang belum fasih berbahasa Jepang. Setiap sorenya selalu
menjadi target giliran genk-genk di Jijo High School dan selalu mengancam para
anggota genk bahwa ayahnya adalah seorang polisi yang ditugaskan di Jepang.
Sepertinya akan menjadi sesuatu yang susah, aku baru melihatnya pindah saja
satu minggu yang lalu. Tidak cocok.
Third
target, Yui-chan? Seorang bad girl yang
gagal menjadi anggota Team Akonee? Penampilan yang menor dengan lipstick pink
menyala dan dada yang sedikit terbuka, lalu rok yang terdapat coretan
tandatangan personel AAA. Biasa.
Mengapa
hari ini dunia terlihat membosankan?
Menyusuri
jalanan dibawah mentari senja dengan diiringin dentaman angin pergantian musim
yang tiba-tiba berhembus. Dengan menendang sebuah kaleng soda yang tergeletak,
saat itu juga jantungku berhenti berdetak. Apa yang ku lakukan? Aku terpaku
menatap Niki-chan. Dia terlihat menarik. Iya, dia kan menjadi pemain utama
opera senja ini.
Bukan
fisik Niki-chan yang terlihat menarik untukku jadikan target paparazzi hari ini, namun seseorang yang
ada bersama dengan dia saat itu. Nagato, teman sekelas yang sering kusebut
sebagai tumpukan buku fisika karena apa yang ada di otaknya seperti hanya
segumpalan rumus-rumus dan penerapannya. Dia bukanlah laki-laki yang populer di
sekolah, bahkan di kelas sekalipun, Nagato sering di bully dan diasingkan mungkin
karena kesukaannya terhadap anime yang terlalu berlebihan. Lalu Niki-chan?
Seorang kutu buku yang sangat asing dengan ‘cinta’, selalu masa bodo dengan masalah hati, waktu yang di miliki hanya untuk
membaca, menulis, membaca, menulis, membaca, menulis… membosankan bagi sebagian
orang, terutama aku.
Kurang
asik rasanya jika hanya mengamati tanpa mencari tahu. Rasanya akulah pemindai
sandi di antara mereka berdua. Sandi yang selalu mereka sembunyikan bahwa ada
sesuatu di antara mereka berdua yang tidak mereka sadari, atau mereka memang
tak ingin menyadarinya. Tetapi aku pemindai, aku dapat menemukan kata kunci di
antara mereka berdua yang mereka sendiri tak dapat mengerti dimana letak kata
kunci tersebut.
Bagaimana
bisa dikatakan teman biasa jika setiap hari selalu menghabiskan satu demi satu
episode anime terbaru? Bagaimana bisa dikatakan teman biasa jika setiap hari
selalu duduk berdampingan dan tanpa ada yang menyadari mereka berdua saling
mencuri pandang? Memang mereka berdua bukan sepasang pasangan populer di
sekolah yang salah satunya menyatakan cintanya dengan menyusun coklat supaya
terlihat berbentuk hati di depan pintu kelas agar terlihat romantis lalu mulai
meresmikan hubungan satu dengan yang lainnya. Lalu, beritanya menyebar ke
seluruh sekolah, bukan. Bagi Niki-chan dan Nagato cinta itu kebersamaan.
Ketika
pertama kali aku melihat Niki-chan pulang bersama Nagato sehabis dari toko
buku, aku melihat bahwa mereka satu sama lain saling menyampaikan,”Aku tak
ingin kehilangan kamu.” Lewat tatapan mata mereka. Betapa indahnya, jika orang
yang kamu sayang juga tidak ingin kehilangan kamu. Merangkai rasa walau hanya
sebatas teman, tanpa ungkapan ataupun penolakan. Tetapi, rasa itu tergambar
jelas pada setiap kedipan yang terjadi. Sederhana bukan? Tetapi tidak semua
cinta dapat hadir sesederhana itu.
Sampai
sekarang, aku belum menemukan ending dari opera senjaku itu. Dari mereka tidak
ada yang saling berkata tentang cinta karena apa? Mungkin karena mereka tidak
ingin kehilangan kebersamaan di antara mereka, kebersamaan di dalam rasa yang
tidak dapat mereka gambarkan. Yang jelas di setiap harinya ada satu kata yang
saling mereka ucapkan lewat senyum dan mata mereka,” Kinou Yori Motto Suki --Aku Lebih Menyukaimu Hari Ini Dibanding
Kemarin--.”
0 komentar: