Terkagum Tangan Batara
Tergerai ruai menebas berbalap dengan angin
Dironcenya rupawan pada setiap senyumnya
Gitarnya terpetik tangan adikuasanya
Lantunan syairnya jatuh dirinaikan hujan pada bibir dermaga
Tidak peduli kau dewata, pujangga, atau penembang
Tinta hitam dan sekucal kertas tua
Bertumpuk kitab para penyair terdahulu
Atau lira tua yang seakan terpangku ambisimu
Tetap saja sepasang mata cokelat yang kau puisikan itu
Yang berakrobat pada hatimu setiap degupannya
Tak mengharap lagu syahdu karena dia sudah kagum
Aku terposisikan disana, hasil tangan batara
Untuk Fiersa Besari,
Dari seorang penulis yang teramat amatir untuk menuliskanmu
0 komentar: