[Sepotong Bait Serdadu Aghni] Apa Kabar, Ksatria?

02.44 Unknown 0 Comments

Tegasmu makin hari makin saja menegas
Pijakanku melemah pada jantung bertamengmu
Seakan kuatmu semakin menguras dayaku
Lalu bersisa apa?

Jangan pernah redup, ksatriaku
Semakinlah terang, ambil saja arang dalam diriku
Biar sinarmu semakin terlihat
Jangan dadamu gamang akan ujung cemeti dewa

Sehingga senyumku bisa terpatri olehnya
Di sana, pada marmer hitam
Dibawah salib emas yang tertatah
Menunggumu menaburkan doa yang dibawa bersama mawar 
Bukankah kau tak pernah membawakanku sebelumnya bukan?


Menunggumu pulang dan kembali, kau pasti baik-baik saja.



Puisi ini terinspirasi oleh para wanita-wanita pada jaman penjajahan dimana rasa kasih dan cinta mereka digantung oleh hidup dan mati pasangan mereka di dunia darah yang tidak terlihat merah, tetapi hitam. Akhirnya, para wanita yang dijadikan budak seks oleh penjajah tersebut hanya bisa berkabar dengan hampa dan menanti pada kealpaan, lalu mereka sendiri hilang dan kabar itu masih mengincar dada pemiliknya yang entah kemana. Untuk terakhir kalinya, wanita-wanita itu hanya ingin tanda cinta di atas tanah peristirahatannya walau cinta dan kasihnya tak akan pernah sampai pada titik yang dapat kita sebut nyata.

You Might Also Like

0 komentar: